KOMPAS.com - Karena posisi gerak
rotasi dan revolusi bulan dan Bumi, ada bagian bulan yang tidak pernah tampak
dari Bumi dan tak disinari Matahari. Bagian bulan yang gelap permanen itu lama
menyimpan misteri dan membuat penasaran para ahli karena diduga memiliki air
dalam jumlah yang signifikan.
Untuk membuktikannya, NASA telah
mengembangkan misi Lunar Crater Observation and Sensing Satellite (LCROSS) yang
diluncurkan pada tahun 2009. Dalam misi ini, wahana tersebut juga dilengkapi
roket Centaur untuk ditembakkan ke permukaan bulan. Harapannya, hasil tabrakan
akan membentuk ledakan yang bisa diamati apakah serpihanya mengandung air.
Misi itu telah sukses. Centaur
telah berhasil menghantam permukaan kawah Cabeus di kutub selatan bulan. LCROSS
yang berselisih waktu 4 menit dengan Centaur juga telah mampu melihat komposisi
debu yang dihamburkan Centaur ketika menghantam permukaan bulan. Kini, ada
jawaban positif tentang adanya air di bulan. Hasil observasi itu dilaporkan di
jurnal Science teranyar, 22 Oktober 2010 lalu.
Jumlah air yang terdapat di
permukaan bulan kurang lebih sejumlah 5,6 persen. "Jumlahnya kira-kira dua
kali jumlah air yang terdapat di gurun Sahara. Mungkin tidak sebanyak air yang
terdapat di bagian bumi umumnya, tapi adanya air di bulan saja, itu sudah
mengejutkan," lanjut Colaprete.
Ia mengatakan bahwa dalam 1000 kg debu bulan
mengandung 12 galon air. Air yang ditemukan terdapat dalam bentuk kristal es.
Di kristal es itu sendiri, terdapat sebanyak 80-90 persen air. Colaprete
mengungkapkan, persentase banyaknya jumlah air itu bisa diungkapkan dari
lamanya kritsal mampu bertahan dalam wujudnya.
"Agar kristal dapat bertahan
lebih dari satu menit, kristal itu harus memiliki 80 hingga 90 persen air, jika
tidak kristal itu akan menyublim atau menguap," terang Colaprete.
Hasil penemuan ini semakin
melengkapi beberapa penelitian sebelumnya tentang kawah yang suhunya mencapai
lebih dari -230 derajat Celsius ini. Sebelumnya, Cabeus diketahui mengandung
karbon monooksida, perak, magnesium, metana dan merkuri dalam jumlah yang cukup
banyak. Hasil ini juga mampu menghilangkan keraguan tentang adanya air di bulan
yang selama ini ada.
Sebelum LCROSS, beberapa misi
luar angkasa juga sudah mendeteksi adanya air di bulan, walaupun masih berupa
dugaan. Sinyal radar dari pesawat ruang angkasa Clementine yang beroperasi pada
tahun 1994 misalnya, telah mengindikasikan adanya air. Selain itu, ada Lyunar
Prospect-nya NASA yang mengorbit bulan pada tahun 1998-1999, dan mendeteksi
adanya hidrogen di banyak kawah bulan, walaupun belum jelas apakah hidrogen itu
terdapat dalam bentuk air.
Sekarang, setelah misteri adanya
air terpecahkan, pertanyaannya adalah darimana air itu berasal? salah satu
dugaannya adalah bahwa atom hirogen yang dibawa oleh "angin matahari"
jatuh di wilayah bulan yang kaya oksigen. Seiring waktu, molekul itu berpindah
hingga akhirnya terjebak di kawah bulan yang super dingin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar